dan meledaklah…

Rasa kecewa ini malam.. 
Sekuat rasa patah hati sakitnya. 
Iya, bisa begitu. 
Ketika dikecewakan bertubi-tubi..., 
berbaikan, berdamai pun rasa tak berguna. 

Berterima kasih itu perlu. 
Tidak usah dengan memberi hadiah dan bersujud-sujud. 
Berlaku saja seperti seharusnya. 
Tepatkan komitmen itu. 
Untukmu sendiri, tak secuil pun aku mengail untung atas itu. 

Hilang rasa melihat peringatan dibantah-bantah dengan berapi-api, 
sekuat tenagamu. 
Hati patah-patah dibuatnya. 
Tak ada rasa hormatmu. 
Tak usah jauh bicara soal kedudukan, 
sederhana saja, saling menghargai sebagai sesama manusia. 
Itu saja. 

Sekarang urus hidupmu sendiri. 
Selamatkan dirimu sendiri. 
Pertalian kita itu masa lalu. 
Sakit ini legit. 
Cukup. 

Minggu, 23 November. 
Kedoya, Lobi 3.
Menunggu mobil anteran cawang.
Pulang ngorlip yang kemalaman.

Mantra Lempeng

Bumi.. Kadang kita harus menghadapi kondisi sulit. Tapi bagaimana pun, kondisi sulit itu harus berhasil kita lalui dengan baik. Paling tidak, kita harus berusaha menjalani, menghadapinya.

Kalau kondisi sulit itu berat buat kita, mari kita ucapkan mantra lempeng. Supaya yang berat itu terasa lebih ringan, dan bisa kita lalui lebih baik. Lempeng itu artinya tidak berpikir dan berusaha tidak merasa-rasa segala kesulitan. Jalani saja apa yang ada di depan mata. Hadapi tanpa keluh.

Misalnya seperti yang Ibu jalani sekarang ini.

Harga BBM  naik lagi, karena stok BBM bersubsidi sudah hampir habis. Negara harus berhemat kata Pak Presiden. Naiknya harga BBM itu bakal bikin harga-harga dan ongkos bakal naik. Termasuk ongkos ojek.

Biasanya, Ibu berangkat kerja dengan naik kereta sampai Stasiun Tanah Abang. Lalu menyambung ojek ke kantor Ibu di Kedoya. Lebih ringkes, cepat. Cuma setengah jam sudah sampai kantor. Total perjalanan rumah-kantor 2,5jam.

Tapi itu sudah masa lalu. Sekarang Ibu tidak pernah naik ojek lagi dari Stasiun Tanah Abang, kecuali kalau harus rapat pagi. Sebagai gantinya, Ibu naik kopaja yang jalannya nggak karu-karuan itu. Anggaran untuk ongkos, lebih baik dialihkan untuk kebutuhan kita yang lain. Ongkos ojek yang sudah mahal, kini jadi makin mahal, terlalu mahal, Nak.

Sekarang perjalanan ke kantor Ibu jadi lebih lama. Sekitar 3,5 sampai 4 jam. Banyak berjalan kaki, banyak berdiri, dan berkeringat. Buat Ibu yang hampir seumur hidup bukan pengguna angkutan umum, rute baru ini cukup melelahkan.

Karena itu, memang perlu banyak-banyak mengucapkan mantra lempeng tadi. Mengalihkan pikiran dari segala kesulitan dan kepayahan selama di perjalanan.

Lebih baik perjalanan panjang yang harus dilalui setiap hari itu Ibu nikmati. Melihat detail-detail peristiwa di jalanan agar terus bisa mengasah kepekaan. Terus berjalan, melangkah, menjalani yang harus dijalani tanpa harus diberat-beratkan. Atau sambil mengingat-ingat dirimu dan Ayah, itu bisa bikin hati Ibu lebih ringan dan bergembira.

Jadi, Bumi, fase sulit sesungguhnya akan membuat kita lebih berterima kasih ketika mendapat kemudahan. Selain itu juga membuat kita terus melipatgandakan rasa syukur ketika berhasil melewatinya.

Mari menjadi tangguh, Nak.