kangen…

Sendirian, perjalanan pulang terasa lebih panjang. bahkan duduk di kereta yang biasanya terasa mewah jadi sangat membosankan. Rasa tak sampai-sampai di ujung rel sana. Pejam mata ataupun musik tidak membantu. Aku rungsing seperti Bumi menjelang waktu tidurnya.

Di hari-hari biasa, perjalanan kita bermuara di stasiun. Bisa Tebet, Cawang, atau Manggarai. Kita berbagi strategi dan semangat, dalam letih bertarung melawan pekerja-pekerja malam lain, untuk mendapatkan kursi. Tak kemaruk seperti di parlemen, cukup satu saja. Kita biasa duduk bergantian. Aku mendapat giliran lebih dulu.

Pada satu setengah jam itu, perjalanan punya kita berdua. Bertukar cerita tentang kejadian sepanjang hari, saling bercanda, bermain gim, atau mengagumi perkembangan Bumi lewat foto dan video yang kita simpan. Lalu tersenyum dan tertawa haru berdua.

Kadang kita hanya bisa berdialog lewat pandang dan seulas senyum kalau kereta terlalu penuh. Bisa juga tertidur pulas kalau sedang kelewat lelah dan kurang istirahat. Aku paling suka terlelap telungkup di pangkuanmu. menghindar senggol tangan penumpang laki-laki di kanan atau kiri. sekaligus mengistirahtkan tulang punggung yang makin rapuh.

Malam ini, tak ada teman seperjalanan berbagi cerita, pelindung yang memberi rasa aman, dan meredakan letih. Tidak bisa bermanja-manja setelah hari panjang yang penat.

Jalan raya di sebelah rel memamerkan kerlap-kerlip lampu kendaraan yang tertahan kemacetan. Kereta terus melaju. Mata dan pikiran masih menghitung stasiun yang dilewati. Perjalanan lambat, gerbong-gerbong masih penuh. Kenapa mereka belum turun juga? Tunggu aku di Stasiun Bogor.

21:53
Bubu sembilan bulan

Menu Makan Bubu–Pure Sayur Umbi

Bahan:
labu kuning kupas, cuci, potong kecil-kecil
Wortel kupas, cuci, potong kecil2
Kentang secukupnya

Cara membuat:
Kukus ubi jalar, wortel dan kentang dalam dandang panas hingga lunak
Haluskan dengan penyaring khusus dengan cara ditekan-tekan dengan menambah air bekas mengukus sayuran sesuai kekentalan yang dikehendaki.
Sajikan segera.

Menu Makan Bubu–Sari Kacang Hijau

Bubu mulai makan ini umur 6 bulan.

Bahan:
Kacang hijau segenggam, cuci bersih
Air untuk merebus
Susu secukupnya

Cara membuat:
Rendam kacang hijau selama satu jam. Kemudian rebus sampai lunak. Saring. Tambahkan susu secukupnya saat akan disajikan.

Catatan:
Sari kacang hijau bisa dibikin untuk 2-3 kali makan. Simpan di wadah tertutup di dalam kulkas. Panaskan secukupnya saat hendak disajikan.

Menu Makan Bubu-Krim Sup

Menu makan Bubu umur 7 bulan. Ini kesukaan Bubu!

Bahan:
Kentang 1 butir
Buncis 4 batang
Seledri 1 tangkai
Ayam rebus secukupnya
Susu secukupnya
Keju chedar parut
Kaldu ayam (dari rebusan ayam + ceker)
Bawang bombay cincang halus

Cara membuat:

Belah dua kentang, kukus terlebih dahulu. Menyusul kemudian buncis dan sledri.

Blender kentang kukus bersama buncis, sledri dan ayam. Potong kecil-kecil terlebih dahulu supaya mudah. Tambahkan kaldu.

Panaskan panci anti lengket. Masukkan sisa kaldu. Tambahkan bawang bombay cincang halus. Aduk-aduk sampai harum. Kemudian masukkan hasil blender tadi. Aduk sampai mendidih. Tambahkan keju parut secukupnya sebagai perasa.

Catatan:
Krim sup bisa dibuat untuk 2-3kali makan. Simpan di kulkas dalam wadah tertutup. Hangatkan kembali saat hendak disajikan. Sebelum penyajian tambahkan sedikit susu.

Menu Makan Bubu–Bubur Roti Keju

Menu makan Bubu umur 7 bulan.

Bahan:
Selembar roti tawar, sisihkan kulitnya.
Susu secukupnya
Keju chedar parut secukupnya

Cara membuat:
Sobek-sobek roti tawar. Rendam dalam air susu. Penyetkan sampai halus. Tambahkan keju chedar parut secukupnya.

Catatan:
Menu ini disiapkan dadakan saat hendak makan. Jangan dibiarkan terlalu lama, karena khawatir susu keburu basi dan rasanya berubah.

Menu Makan Bubu–Bubur Labu Bayam

Bahan:
Beberapa potong labu kuning.
Beberapa lembar daun bayam merah dan daun bayam hijau.
Susu secukupnya.

Cara membuat:
Kukus labu kuning terlebih dahulu. Saat labu hampir matang, masukkan daun bayam. Tunggu semuanya matang, angkat.

Haluskan labu kuning dan bayam. Bisa pakai blender, bisa diulek/dipenyetkan. Saring halus. Tambahkan sedikit susu. Sajikan hangat.

Catatan:
Daun bayam tidak tahan lama. Tidak baik disantap lewat dari lima jam. Sebaiknya menu ini dimasak untuk segera disantap.

Bumi Belajar Makan (4): Ayo kita makan sayuran dan lain-lain!

edit1546271_10204993764831260_2242814890554278781_n

Genap tujuh bulan umurmu, Nak! Sejauh ini kita sudah berhasil makan buah-buahan dan umbi-umbian tunggal dengan susu. Untuk sayuran, sudah mencoba labu siam dan wortel. Kau masih kurang suka sayur. Memang begitu katanya, kalau anak-anak sudah mengenal buah-buahan lebih dulu, cenderung tidak suka sayur-sayuran. Tapi kita harus biasakan ya, Nak. Biar terbiasa sampai dewasa. Seperti Ayah dan Ibu yang sangat suka makan sayur. Terutama Ibu. Penggemar lalap dan segala macam sayur. Termasuk yang pahit-pahit seperti pare dan daun pepaya.

Ibu sekarang sedang rajin membaca beberapa buku resep masakan bayi, memilih-milihkan menu buatmu. Agar bubur untukmu bukan sekadar lengkap, dijadikan satu dan diblender. Tetap kombinasinya tepat dan ada cita rasa yang enak.

Untukmu, Ibu pilihkan beberapa bahan makanan tambahan yang aman dikonsumsi bayi. Ini catatan ibu:

Seledri
mengandung kalsium dan fosfor yang lumayan. Dalam 100 gram seledri terdapat 50 miligram kalsium, dan fosfor 40 miligram. Kandungan fitonutrien dalam sledri yakni kolin dan saponin bermanfaat meningkatkan kecerdasan dan mengobati penyakit tipus, alergi serta gatal-gatal.

Bayam
Sayuran berwarna hijau ini mengandung vitamin A (dalam bentuk betakaroten) yang tinggi, yakni 1872 mikrogram/100 gram. Selain itu, bayam juga kaya vitamin B, vitamin C, asam folat, serta mineral kalsium, fosfor, mangan dan zat besi. Bayam juga sangat penting untuk pembentukan otak bayi. bayam merah juga sumber vitamin dan mineral terutama kalsium. Dalam 100 gram bayam merah, terdapat 368 miligram kalsium. Selain itu, bayam merah juga kaya akan fosfor dan zat besi, serta vitamin A,B1 (tiamin) dan C. Bayam juga berkhasiat meningkatkan stamina, menjaga kesehatan mata serta mencegah animea dan sembelit.

Labu siam
Kaya akan fosfor dan kalsium. Dalam 100 gram labu siam mengandung 25 miligram fosfor dan 14 miligram kalsium.

Wortel
Mengandung antioksidan yang melindungi otak dalam bentuk karotenoid dan vitamin C. Selain itu juga baik bagi kesehatan mata anak.

Brokoli
Mengandung sulforatan, zat antioksidan yang paling ampuh. Selain itu, fitonutrien dalam brokoli seperti klorofil dan flavonoid mampu mempercepat proses penyembuhan setelah tubuh mengalami sakit berat. Brokoli direndam air garam supaya bersih dari ulat dan kotoran lainnya.

Tomat
Salah satu zat gizi yang banyak terdapat dalam tomat adalah selenium. Bersama asupan vitamin E dalam jumlah yang cukup, selenium memperlambat laju perusakan sel tubuh oleh senyawa radikal bebas. Tomat dapat mengobati flu dan gusi berdarah. Selain itu, minum jus tomat satu jam sebelum makan dapat meningkatkan nafsu makan anak.

Jagung
Berguna untuk pertumbuhan tulang dan membangun otot. Karena magnesiumnya tinggi. Selain itu, fosfor yang terkandung pada jagung kuning berguna meningkatkan fungsi otak dan sistem saraf.

Buncis
Memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap, seperti serat, vitamin C, vitamin B kompleks dan fosfor. Karenanya buncis bermanfaat memperlancar saluran pencernaan, mencegah sembelit dan membantu kemampuan anak berkonsentrasi.

Kacang panjang
Baik dikonsumsi anak karena kandungan zink yang membantu proses pembentukan sejumlah enzim dalam tubuh. Misalnya zink yang dikombinasi dengan vitamin C dapat menangkal batuk, pilek dan flu.

Bawang bombay
Mengandung mineral dan vitamin yang dibutuhkan tubuh. Antara lain kalsium, kalium, zat besi, fosfor, vitamin C dan vitamin E. Bawang bombay juga sangat baik menjaga kesehatan tulang karena mengandung komponen yang dapat menghambat osteoclast (sel pengurai tulang yang membuat tulang keropos).

Keju
Produk olahan susu dengan nilai gizi yang baik. Keju kaya akan protein, lemak, kalsium dan fosfor yang membantu pertumbuhan tulang dan gigi.

Telur
Zat besi banyak terkandung dalam telur. Zat besi sangat penting bagi kesehatan fungsi otak. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan lemahnya daya konsentrasi.

Tempe
Bergizi tinggi karena terbuat dari kacang kedelai yang banyak mengandung protein. Protein baik untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh. Protein juga berperan membentuk antibodi, mengangkut zat-zat gizi, memelihara asam basa tubuh, dan mengatur keseimbangan cairan. Selain itu, kedelai juga mengandung delapan asam amino penting yang berperan sebagai zat pembangunan bagi tubuh dan meningkatkan kecerdasan anak.

Makaroni
Produk olahan tepung gandum dan terigu. Makaroni kaya akan karbohidrat, kalsium dan fosfor yang penting untuk pertubuhan tulang dan gigi. Dalam 100 gram makaroni terdapat energi 353 kkal, protein 8,7gram, lemak 0,4 gram dan karbohidrat 78,7 gram.

Roti tawar
Memberi sumbangan energi bagi tubuh.

Tahu
Mengandung protein rendah lemak serta sarat akan mineral, terutama zat besi, magnesium dan kalsium. Ketiga mineral tersebut merupakan zat gizi penting untuk kesehata otak dan sistem saraf, serta pertumbuhan anak.

Kacang hijau
Kaya akan vitamin B1 ya ng berperan dalam metabolisme karbohidrat dan fungsi normal sel saraf. Zat besi dalam kacang hijau juga bermanfaat untuk mencegah animea sehingga meningkatkan konsentrasi pada anak.

Kismis
Digunakan sebagai sumber energi untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Setiap 100 gram kismis mengandung energi sekitar 300 Kkal. Kismis juga mengandung senyawa yang dapat melawan bakteri penyebab kerusakan gigi.

Hari Pertama Bubu di Tahun Pemilu

Perempuan itu enggan beranjak dari sofa panjang cokelat tempat suaminya tidur. Tubuhnya menolak berbaring di tempat tidur rumah sakit. Suami istri itu saling menggengam tangan, tidur meringkuk bersempit-sempitan di sofa seadanya yang disediakan di kamar itu. Mereka tengah saling menentramkan risau yang terus berdesau.

Hampir tengah malam ketika pintu kamar ruang Catleya itu diketuk. Suster mengantar sepiring nasi goreng. “Ini dimakan sekarang sebelum mulai puasa ya, Bu.”

Dijawab anggukan dengan muka enggan.
Kamar itu sudah bau pizza dan keju. Sang suami membeli seloyang pizza di restoran seberang rumah sakit, sesaat setelah kamar itu dipesan. Tapi pizza yang biasanya jadi kesukaan mereka berdua tak lagi nikmat. Menyelesaikan kunyahan seiris saja setengah mati lamanya. Tapi nasi goreng itu disentuh juga. Satu dua suap sekadarnya.
*
Mereka berdua sudah lama menunggu hari ini. Tanggal yang mereka tentukan sendiri untuk kelahiran anak pertama mereka. Rangkaian persiapan sudah dijalani sejak tadi pagi. Mulai periksa darah, tes jantung yang mengharuskan perempuan itu bertelanjang dada dan banyak kabel ditempeli di dadanya. Mesin-mesin berdenyut menghitung detak. Sampai mendaftar di ruang persalinan.

Di ruang persalinan itu, si perempuan diminta menghitung jumlah gerak bayinya. Ia diminta menekan sebuah tombol setiap bayinya bergerak. Mesin lain ditempelkan di perutnya untuk menghitung detak jantung si bayi. Perempuan itu berbaring sendiri, sang suami tak boleh masuk.

Hening dan degup kencang jantung si bayi, seperti menghitung cemas dirinya. Di ruang sebelah, dua perempuan lain tengah bertaruh nyawa lebih dulu, menjalani persalinan normal. Merintih, menjerit menahankan sakitnya. Dokter Inayat yang menangani persalinan mereka, meminta peran aktif suami mendampingi, merekam dan memotret proses lahir anak mereka.

“Kelahiran adalah proses yang menakjubkan. Kelahiran itu keajaiban yang luar biasa. Suami harus menyaksikan dan mendampingi istrinya,” begitu kata dokter Inayat pada setiap pasangan suami istri yang menjadi pasiennya. Termasuk pada perempuan itu dan suaminya.
*
“Tidurlah.. En perlu istirahat..” kata sang suami mengusap kepala istrinya.

Perempuan itu makin tak tenang, ia menghitung waktu. Hanya tinggal empat jam lagi sebelum proses lanjutan dilakukan. Operasi akan dimulai pukul 08.00 WIB. Dengan enggan ia menyeret kakinya, berbaring juga di kasur rumah sakit itu. Memaksa dirinya dan bayinya untuk tidur.

“Besok kita bertemu, Nak. Semoga semuanya lancar dan baik-baik saja,” gumam perempuan itu pada bayi di perutnya.
*
Suster tak menoleransi waktu. Tepat pukul 04:00 ia mengetuk pintu. Membangunkan perempuan itu. Dengan enggan dan pasrah ia membiarkan suster  menyemprotkan obat pencahar melalui anusnya. “Reaksinya kira-kira 10 menit lagi.” Kata si suster sambil tersenyum. Dan beranjak meninggalkannya lagi.

“Nanti siap-siap ke ruang operasi jam 07.00 ya, Bu.”

Selera tidur perempuan itu hilang sekejap. Mulas di perut tak henti-henti. Terkantuk-kantuk ia duduk di kakus mengeluarkan isi perutnya. Sekalian saja ia mandi dan bersih-bersih, menyiapkan diri.
*
Pukul 07.00 suster menjemput dengan kursi roda. Sang suami belum bersiap. Baru saja rampung mandi. Masih agak mengantuk karena kurang tidur. Terpaksalah sang istri berangkat lebih dulu ke meja eksekusi.

Ruang operasi itu terdiri dari tiga ruangan. Dua ruang eksekusi, dan ruang pemulihan. Di ruang pemulihan ini pasien bersiap. Berganti baju, pasang infus dan lain-lain. Perempuan itu bukan satu-satunya pasien hari ini. Seorang laki-laki paruh baya sudah terbaring pasrah penuh doa di tempat tidur. Menunggu gilirannya dipanggil. Suster pengantar menyerahkan perempuan itu pada petugas-petugas ruang operasi.

Para petugas itu juga suster-suster yang khusus bekerja di ruang operasi. Juga ada seorang dokter anastesi. Mereka semua berbaju hijau dan memakai plastik tutup kepala serta masker dengan warna yang sama. Seorang petugas yang hanya nampak matanya, memasangkan infus di salah satu pergelangan tangan perempuan itu.

Mereka menyita kaca mata dan blackberry perempuan itu. Si pasien baru rela menyerahkan barang miliknya setelah dijelaskan oleh para petugas, bahwa dirinya kelak tak kan bisa melakukan apa-apa selama proses operasi. Termasuk memotret dan merekam peristiwa di ruang operasi.

“Suaminya nanti ikut ke dalam kan?”

“Iya..”

“Ya berarti nanti suaminya saja yang rekam dan foto-foto.”

Sesudahnya, petugas yang lain mengantar perempuan itu untuk berganti pakaian. Perempuan itu diminta melucuti seluruh pakaian di tubuhnya, dan mengganti dengan sehelai baju yang diberikan si petugas tadi.

Pakaian khusus pasien operasi itu tak ada kancing atau resleting. Hanya tali-tali yang harus diikatkan di belakang tubuh. Itu pun tak rapat menutup punggung dan bokong, ada celah kira-kira dua tiga senti yang terbuka. Membuat perempuan itu malu dan berusaha terus merapatkan sehelai pakaiannya itu.

“Sudah bercukur?” Tanya si suster.

Yang dimaksud adalah mencukur rambut kemaluan. Menjadi syarat wajib dalam operasi caesar.

“Sudah,” jawab perempuan itu singkat. Ia sudah meminta suaminya untuk mencukurkan dua hari lalu. Malu kalau harus dicukurkan oleh orang lain. Sementara diri sendiri sudah tak bisa melakukannya. Perut membuncit sudah menghalangi dan membuatnya sesak kalau harus menunduk-nunduk.

Dan akhirnya, petugas itu menyuruhnya berjalan sendiri ke ruang operasi. Cuma kepasrahan yang ia punya. Cemas atau tidak, proses ini tetap harus dijalani. Dan tak ada gunanya jika ingin mengulur waktu.

Seorang perempuan tua berwajah bundar dengan rambut keperakan mencoba tersenyum ramah dari balik maskernya. Ia adalah dokter anastesi yang akan membiusnya. Perempuan itu diminta memeluk sebuah bantal sesaat setelah duduk di meja operasi. Bantal itu untuk menahankan sakitnya.. Sebentar lagi.

Selang berapa detik saja, perempuan itu merasakan jarum tajam menembus tulang belakangnya. Lebih lama dan lebih dalam menusuk daripada suntikan biasa atau jarum infusnya tadi. Reaksi tubuh membuatnya memeluk bantal kuat-kuat, menahankan sakit. Dan hap. Begitu rupanya rasa dibius. Badannya mendadak sekaku kayu. Otaknya memerintahkan jari-jari kakinya bergerak. Namun tak ada reaksi apa-apa.

Perempuan itu panik dalam diam. Matanya menatap kakinya yang tak menuruti perintah, lalu pandangnya beralih pada senampan pisau dan gunting di sebelah kanannya. Para petugas membaca kepanikan dari matanya.

“Ibu tenang saja, jangan takut, jangan panik.”

Dengan bertenaga para petugas mendorong badan perempuan yang sudah kaku terbius itu rebah di meja operasi. Kedua tangannya direntangkan di kanan kiri dan diikat. Selang oksigen dipasangkan di hidungnya. Selembar kain hijau dipasang memalang pandangan matanya ke arah perut yang akan dibedah. Ia merasakan baju operasinya tadi disingkap hingga dada. Memaksa pikiran dan perasaannya tunduk pada kepasrahan, agar tak lagi coba melawan.

Kesadarannya hanya separuh. Matanya terkantuk-kantuk. Ia bisa merasakan oksigen mengalir kencang menggelitiki hidungnya. Dalam kerjap-kerjap itu ia melihat tim dokter sudah lengkap. Lalu disusul suaminya yang juga berpakaian serba hijau, wajahnya ditutupi masker, hingga hanya tinggal mata yang nampak. Dari garis di matanya, ia tahu suaminya tersenyum menguatkan. Namun perempuan itu tak sanggup bicara apa-apa, walau hanya sepatah kata. Hanya matanya sebentar pejam sebentar terbuka, menatap suaminya.

“Foto dulu dong pak,” ujar para dokter sebelum memulai operasi. Perempuan itu sempat melihat para dokter dan suster itu tetap bergaya meski wajah mereka ditutupi masker.

Dan 1.., 2.., 3… Ada lagu mengalun. Sealbum lagu Tulus mengalun jernih dengan volume maksimal dari speaker kualitas nomor satu di ruang operasi itu.

Perempuan itu pikir.., ia akan mendengar dialog-dialog mengerikan dalam hening selama proses operasi berlangsung. Dialog seperti, “Tolong ambilkan pisau nomor sekian.” Atau “Itu posisi pisaunya terlalu kiri.” Atau semacamnya. Tapi ternyata dialog yang dia dengar adalah bincang-bincang tentang pemilu presiden seperti di warung kopi. Hari itu, Selasa, 20 Mei 2014 bertepatan dengan pendaftaran terakhir pasangan calon presiden dan calon wakil presiden di KPU.

“Saya sebetulnya pengen Dahlan Iskan jadi Presiden. Tapi ya bagaimana, konvensi Partai Demokrat begitu hasilnya. Tidak ada capres yang maju,” kata salah seorang dokter.

“Saya sreg saja sama Jokowi. Tapi saya kuatir ia terlalu dikendalikan Mega,” kata suara yang lain.

Dialog mereka berakhir dengan suara senada, kemungkinan akan memilih Prabowo Subianto di pilpres nanti. Ternyata dialog itu tak sampai sepanjang siaran dialog politik pada waktu tayang prime time di televisi. Karena tak lama sesudahnya dokter kepala memanggil suami si perempuan yang tengah digores perutnya itu.

“Bapak siap-siap, anaknya sudah mau keluar.”

Dan si suami yang dari awal sudah menguatkan mentalnya, masih terus kuat dan tetap tenang merekam juga memotret proses persalinan istrinya itu. Tentu ini saat paling mendebarkan dalam hidupnya. Menyaksikan kelahiran anak pertamanya.

Para dokter serius bekerja. Segaris kulit perut yang sudah digunting tadi, dibuka lebih lebar dengan kedua tangan dokter yang bersarung tangan. Lalu mereka mengambil alat serupa vacum untuk menarik kepala si bayi. Dengan bunyi “POP!” Kepala si bayi menyembul dari perut perempuan itu. Mata si bayi masih terpejam. Mungkin ia tidur. Dokter segera memasukkan selang ke hidung si bayi, menyedot banyak cairan.

Si bayi yang badannya masih berada di dalam perut perempuan itu mulai menangis. Karena selang yang menyolok hidung didorong sampai jauh melewati kerongkongannya. Itu tangis pertamanya.
“Selamat hari kebangkitan nasional, nak! Selamat bapak, ibu, bayi laki-lakinya sehat,” Kata si dokter kepala.

Tim dokter kemudian menarik badan bayi laki-laki itu keluar, mengurai tiga lilitan tali pusar di badan si bayi.

“Kalau lilitan tali pusarnya banyak, biasanya nanti anaknya jadi ganteng. Pantes pake baju apa aja,” masih kata si Dokter Kepala.

Bayi laki-laki berkulit putih itu kemudian dibawa keluar ruangan untuk ditangani dokter anak. Si laki-laki yang kini resmi menjadi ayah itu juga diminta keluar ruangan. Tugas penting menunggunya. Mengumandangkan adzan di telinga anaknya.

Sementara si perempuan masih harus menjalani proses jahit yang membuat tubuhnya terguncang-guncang. Sebelum dikembalikan ke ruang pemulihan.

Dan di ruang pemulihan itulah, ia pertama kali menatap wajah bayinya. Perih pelan-pelan melipir memenuhi luka di perutnya yang basah. Air mata perempuan itu berlinangan. Bukan karena perih luar biasa yang makin lama semakin tegas terasa. Tapi karena rasa haru menatap anak pertamanya.

Untuk pertama kalinya ia menyentuh pipi halus bayinya. Sang bayi tertidur dalam bungkusan rapat bedong dan topi merah jambu yang diberikan perawat. Ada lekuk di tengah bibirnya yang kemerahan. Ada belah di dagu bayinya. Persis seperti dagunya…

“Halo, Nak. Akhirnya kita bertemu juga. Bumi Dipantara Perdana.” Kata perempuan itu mengecup kening sang bayi. “Bumi.. Bumi.. Bumi..” Perempuan itu memanggil di antara haru dan pedih lukanya, tangannya terus mengusap pipi anaknya. Sang bayi hanya menggeliat pelan, lalu tertidur lagi. Menyandarkan kepala di tangan ibunya..

Mbak wita   Kepala bubu ditarik  Di observasi dulu Dandan dulu ya bubu lagi bobo

Bumi Belajar Makan (3): Yang Jijik Sama Bubur

20141206(3)_1

Setelah berhasil dengan biskuit, kami mencoba makanan padat lainnya. Banyak saran dan masukan yang kami dapat. Setiap bertanya dengan orang yang berbeda, maka akan mendapat masukan yang baru dan berbeda pula.

Setelah menimbang berbagai saran dan masukan itu, kami mencoba dengan bubur susu. Kakak sepupuku bilang, bubur susu diberikan sekali sehari selama seminggu pertama belajar makan. Supaya lambungnya dikasih waktu untuk beradaptasi. Pilih bubur beras merah, karena lebih sedikit kadar gulanya. Bayi yang memulai makan belum boleh makan makanan dengan penyedap rasa, garam dan gula.

Bubur dalam porsi mini itu ditambahkan dua sendok susu bubuk (aku nggak punya asi. Iya, kenapa?! Masalah?!). Disaring tiga kali biar haluuuus banget.

Dannn jreng jrengg…. Begitu suapan pertama masuk ke mulut Bumi, ekspresinya kaget. Sepertinya dia merasa jijik ada sesuatu yang padat di lidahnya. Sambil mewek lidahnya dijulurkan. Mulutnya tidak mau mengatup sebelum si bubur pergi dari lidahnya. Lalu dia menangis ketakutan. Ya ampun.. Ibu gagal 😦

Gagal dengan si bubur beras merah, lalu Ibu mencoba ubi kuning dan kentang. Masih belum berhasil juga….

Ibu belajar lagi. Membaca beberapa buku dan artikel di internet. Meminta masukan dan saran dari beberapa teman.

Masukan dari Ibunya Akhtar yang rasa-rasanya paling pas untuk dicoba. Katanya, “Mulai dengan buah-buahan dan sayuran dulu. Jangan langsung dikasih karbohidrat yang berat-berat. Kan namanya juga masih belajar. Makanannya juga jangan yang teksturnya terlalu padat dulu..” Begitu katanya.

Lalu Ibunya Akhtar yang baik hati itu, menghadiahkan kita sebuah buku pengantar makanan bayi yang lengkapp dan bagus. Yeay! Terima kasihhh… :*

Baiklah.. Mari kita coba pisang. Pisang ambon yang manis itu dikerok pakai sendok dan langsung disuapkan. Ow.. Ow.. Ow… Bumi masih menolak, masih trauma dengan buburnya. Akhirnya aku coba kasih pisang yang masih utuh. Membiarkan Bumi memegang, membaui dan mencicipi seperti saat dia makan biskuit. Responnya positif, alhamdulillaaah…

Berhasil dengan pisang, kemudian mencoba apel. Si apel merah  dikukus dulu sebentar lalu diblender sampai halus. Kemudian disaring dua kali. Dan… Bumi ternyata lumayan suka. Apelnya memang manisss..

Aku pun jadi semangat mencoba menu lainnya. Berturut-turut,  labu siam, pepaya, wortel, jagung, buah naga. Pernah labu dicampur wortel, tapi Bumi tidak suka. Tapi kalau dikasih satu macam saja, wortel saja dan labu saja, Bumi mau. Mungkin kalau dicampur jadi bingung ya, Nak. Rasa dan aromanya jadi membaur.

Yang Bumi paling suka adalah bubur pepaya. Begitu sendok mendekat di mulutnya, Bumi langsung buka mulut dan hap! Memakan pepaya dengan lahap. Dikulum-kulum manis lalu ditelan. Sebentar saja langsung ludes.

Saat wortel, hampir-hampir gagal lagi. Mungkin karena tekstur wortel yang lebih padat. Akhirnya semangkuk bubur wortel tadi dicampur air lagi hingga teksturnya lebih cair. Walaupun tidak selahap makan pepaya, pelan-pelan sambil main dan ngobrol makannya habis juga :’).

Ada juga yang dikasih pakai botol susu. Sari kacang hijau dan air jeruk pontianak. Bumi lumayan suka sari kacang hijau yang dicampur susu. Tapi kalau air jeruk, dua kali ngasih, dua kali gagal. Bumi tidak suka. Bahkan jadi tidak mau minum apa pun di botol susu bekas air jeruk itu. Mungkin dia masih tercium aroma jeruknya. Heuheu…

Kita belajar buah / sayur tunggal dulu ya, Nak. Sampai Bumi terbiasa makan. Nanti kita coba menu kombinasi. Besok Ayah mulai cuti, kita ajak Ayah ke kios buah, beli alpukat dan mangga harum manis.

Makan yang banyak dan sehat-sehat selalu ya Bumi.. Kesayangan Ayah Ibu.. *peluk erat*

NB:

Waktu di imunisasi hari Minggu kemarin, tinggi Bumi sudah 74cm. Beratnya 9,3kg. Kelebihan berat badan 1,3kg kata dokter Titi. Dokter Titi menyarankan agar Bumi tidak makan karbo yang berat-berat dulu, tapi lebih banyak buah dan sayuran.

Bumi Belajar Makan (2): Persiapan Makan Bubu Chan

20141203(3)

Naaah… Tiba harinya Bumi mulai belajar makan. Hari itu sepekan sebelum umur Bumi 6 bulan. Seorang kakak sepupu malah mulai memberi anaknya makan umur 5,5 bulan, atas saran dokter tentunya. Berdasarkan pengalamannya (dan karena sudah tak sabar), maka kami mulai memberi makan Bumi sepekan lebih awal.

Hari Minggu di pertengahan Oktober, saat Àyah Ibu sedang libur, Bumi memulai makannya. Aku menyiapkan bouncher dialasi bedong supaya nggak lengket kena bekas makanan. Lalu menyiapkan mainan-mainan kesukaan Bumi, supaya dia anteng. Karena Bumi cepat merasa bosan kalau menganggur saat duduk di bouncher.

Kalau Ayah, sudah siap dengan hapenya. Siap memutar lagu anak-anak untuk menggembirakan hati Bumi, juga merekam dan memotret moment pertama bagi kami bertiga.

Lalu selain menyiapkan makanannya, siapkan juga air minum. Air bening saja supaya nggak enek. Kalau aku menyiapkan air minum di gelas dan di botol susunya. Air di gelas untuk diambil sesendok-sesendok membantu Bumi menelan makanannya. Kalau yang di botol, siap-siap aja kalau-kalau Bumi haus dan ingin minum yang banyak.

Nah.. Setelah semuanya itu… Bumi duduk anteng di bouncher, dipakaikan celemek dari Wa Umi. Celemeknya sudah nggak bisa dikancing di leher, sudah nggak muat karena Buminya bongsor. Haha…

Kami memulai dengan biskuit bayi. Bumi menatap antusias biskuit yang disodorkan Ibunya. Pelan-pelan tangannya menggapai dan menangkap biskuit itu. Dimasukkan ke mulutnya seperti kalau ia sedang main ‘kunyahan’. Dikecap-kecap penasaran.

Wah… Ternyata enyaak! Sebentar kemudian Bumi pun lahap, bersemangat memasukkan biskuit ke mulutnya. Biskuit yang lumer belepotan di hidung, pipi, jari-jari dan dadanya. Pegangannya yang belum mantap bikin biskuit sesekali terlepas. Kalau sudah begitu Bumi langsung mewek, kakinya menendang-nendang marah. Mungkin dikiranya biskuitnya diambil. Setelah biskuit dikembalikan ke tangannya, Hap! Bumi langsung anteng. Matanya fokus pada biskuit dan mulai berusaha makan lagi.

Wa Umi sudah bilang, saat memulai makan dia pasti akan cemong-cemong belepotan makanan. Biarin aja.. Namanya juga belajar makan. Kita juga seneng ngeliatnya mulai makan. 🙂