15-16
Karena bagaimanapun juga, saya hanyalah seorang pelacur yang sukses. Dan betapapun juga suksesnya seorang pelacur, dia tidak pernah dapat mengenal semua lelaki. Akan tetapi, semua lelaki yang saya kenal, tiap orang di antara mereka, telah mengobarkan dalam diri saya hanya satu hasrat saja: untuk mengangkat tangan saya dan menghantamkannya ke muka mereka. Akan tetapi karena saya seorang perempuan, saya tak pernah punya keberanian untuk mengangkat tangan saya.
17
Lagi pula siapa yang dapat membantah bahwa kepatuhan merupakan suatu kewajiban, dan mencintai tanah air kita pun demikian.
26
Jika salah satu anak perempuannya mati, Ayah akan menyantap makan malamnya, Ibu akan membasuh kakinya dan kemudian ia akan pergi tidur, seperti ia lakukan setiap malam. Apabila yang mati itu seorang anak laki-laki, ia akan memukul Ibu, kemudian makan malam dan merebahkan diri untuk tidur.
35
Saya berbicara tentang harapan-harapan saya mengenai masa depan. Tak ada sesuatu dalam masa lampau atau dari masa kanak-kanak saya yang dapat dibicarakan, dan tak ada cinta ataupun sesuatu yang mirip dengan itu sekarang ini. Karena itulah jika ada sesuatu yang ingin saya katakan, maka itu hanyalah masa depan. Masa yang akan datang masih dapat saya lukiskan dengan warna-warna yang saya sukai. Tetapi menjadi milik saya untuk secara bebas memutuskan, dan mengubah seperti yang saya inginkan.
36
Saya tahu bahwa perempuan tidak bisa jadi kepala negara, tetapi saya merasa bahwa saya tidak seperti perempuan lainnya, juga anak-anak perempuan lain di sekitar saya yang tetap saja bicara tentang cinta, atau tentang laki-laki. Karena itu adalah soal yang tidak pernah saya sebutkan. Entah bagaimana, saya tidak tertarik pada hal-hal yang menyibukkan pikiran mereka, dan apa yang dianggap penting oleh mereka bagi saya hanya merupakan hal yang sepele.
39
Saya dapat pula mengetahui bahwa semua yang memerintah adalah laki-laki. Persamaan di antara mereka adalah kerakusan dan kepribadian yang penuh distorsi, nafsu tanpa batas mengumpul uang, seks dan kekuasaan tanpa batas. Mereka adalah lelaki yang menaburkan korupsi di bumi, yang merampas rakyat mereka, yang bermulut besar, berkesanggupan untuk membujuk, memilih kata-kata manis, dan menembakkan panah beracun. Karena itu, kebenaran tentang mereka hanya terbuka setelah mereka mati, dan akibatnya saya menemukan bahwa sejarah cenderung mengulangi dirinya dengan kekerasan kepala yang dungu.
Saya dapat melihat dia sedang mencoba untuk menipu Allah dengan cara yang sama bila ia sedang menipu rakyatnya. Di sekelilingnya berkumpul para pengikutnya, mengangguk-anggukan kepala mereka tanda setuju dan dengan rasa kagum terhadap apa saja yng dikatakan, memohon rahmat Allah Yang Maha Mulia dengan ucapan-ucapan bernada serak, menggosok-gosok tangan yang satu dengan yang lain, mengamati apa yang tengah terjadi di sekelilingnya dengan pandangan mata waspada, ragu-ragu dan dengan sembunyi-sembunyi siap siaga untuk menerkam, penuh sikap agresif yang aneh.
40
Ketika mereka mengucapkan kata “patriotisme” dengan segera saya tahu, bahwa dalam hati mereka tidak takut kepada Allah, dan bahwa dalam benak mereka, Patriotisme mereka itu adalah yang miskin harus mati untuk membela tanah yang kaya, tanah mereka, karena saya tahu bahwa orang yang miskin tidak memiliki tanah.
77
Kau harus lebih keras dari hidup itu, Firdaus. Hidup itu amat keras. Yang hanya hidup ialah orang-orang yang lebih keras dari hidup itu sendiri.
81
“Kita bekerja, Firdaus, hanya bekerja. Jangan mencampuradukkan perasaan dengan pekerjaan.”
99
Berapa tahunkah dari yang telah lalu dari kehidupan saya sebelum tubuh dan diri saya sendiri menjadi benar-benar milik saya, untuk memperlakukannya sebagaimana yang saya inginkan? Berapa tahunkah dari kehidupan saya yang telah hilang sebelum saya melepaskan tubuh dan diri saya sendiri menjauhi mereka yang memegang saya dalam genggaman mereka sejak hari pertama? Kini saya dapat menentukan makanan apa yang saya ingin makan, rumah mana yang saya lebih suka tempati, menolak laki-laki yang menimbulkan rasa enggan, apapun alasannya, dan memilih laki-laki yang saya inginkan, sekalipun hanya karena dia itu bersih dan kukunya terawat baik.
105
Sejak saat itu dan untuk seterusnya saya telah menjadi seorang perempun yang lain. Kehidupan saya yang sebelumnya telah lampau. Saya tidak mau kembali kepada kehidupan yang lalu bagaimanapun beratnya siksaan dan penderitaan yang harus saya alami, sekalipun saya harus tahu lapar dan dingin, serta kemelaratan luar biasa. Apapun yang akan terjadi, saya harus menjadi seorang wanita yang terhormat, walaupun harus dibayar dengan nyawa saya. Saya sudah siap untuk melakukan apa saja untuk menghentikan pergunjingan yang biasa membisikkan telinga saya, untuk mencegah mata-mata yang kurang ajar menjelajahi seluruh tubuh saya.
110
Setiap kali salah seorang direktur mengajak saya berbuat cabul, saya akan mengatakan kepadanya:
“Bukan karena saya lebih menghargai kehormatan dan reputasi saya dari gadis-gadis yang lainnya, tetapi harga saya jauh lebih tinggi dari mereka.”
Saya menyadari bahwa seorang karyawati lebih takut kehilangan pekerjaannya daripada seorang pelacur akan kehilangan nyawanya. Seorang karyawati takut kehilangan pekerjannya dan menjadi seorang pelacur karena dia tidak mengerti bahwa kehidupan seorang pelacur menurut kenyataannya lebih baik dari kehidupan mereka. Dan karena itulah dia membayar harga dari ketakutan yang dibuat-buat itu dengan jiwanya, kesehatannya, dengan badan, dan dengan pikirannya. Dia membayar harga tertinggi bagi benda-benda yang paling bernilai rendah.
124
Perasaan itu bukan sebenarnya milik saya. Tak ada yang benar-benar dapat menyakiti hati saya dan membuat saya menderita seperti yang sekarang saya sedang alami. Barangkali sebagai pelacur saya telah tahu penghinaan yang begitu mendalam sehingga apapun sebenarnya tak berarti.
Bila jalanan telah menjadi kehidupan anda, anda tak akan mengharapkan sesuatu lagi, tak menginginkan apa-apa. Tapi saya mengharapkan sesuatu dari cinta. Dengan cinta saya mulai membayangkan bahwa saya menjadi seorang manusia.
Dalam cinta saya berikan tubuh dan jiwa saya, pikiran dan segala upaya yang dapat saya kumpulkan, dengan cuma-cuma. Saya tidak pernah meminta sesuatu, memberikan segalanya yang saya miliki, menyerahkan diri sendiri, melepaskan semua senjata yang saya miliki, mengurangi semua pertahanan saya, dan membuka raga saya. Tapi ketika saya menjadi pelacur saya mempertahankan diri saya, tidak pernah lengah. Untuk melindungi diri pribadi saya yang paling dalam dari serangan lelaki. Saya berikan hanya kulit luar saja. Saya menyimpan hati dan jiwa saya, dan membiarkan tubuh saya memainkan perannya, peran yang pasif, tak berdaya dan tak berperasaan. Saya belajar untuk melawan dengan cara bersikap pasif, untuk menjaga keutuhan diri tanpa memberikan apa-apa.
125
Saya katakan kepada lelaki bahwa ia boleh memiliki tubuh saya, tetapi ia tak pernah akan mampu membuat saya bereaksi, gemetar, atau merasa nikmat atau sakit. Saya tidak berupaya, tidak berpikir. Oleh karena itu saya tidak pernah lelah atau kehabisan tenaga. Tetapi di dalam cinta saya memberikan segala kemampuan, upaya, perasaan, emosi saya yang paling dalam. Seperti orang suci saya berikan segalanya yang saya miliki tanpa memperhitungkan ongkosnya.
Saya diamankan oleh cinta dari segalanya. Untuk menemukan diri saya kembali, untuk mengenali diri-sendiri yang telah hilang.
Saya tidak ditakdirkan untuk mencapai apa yang saya harapkan. Bagaimana kerasnya pun saya berusaha, atau pengorbanan apa pun telah saya berikan seperti orang yang berkhayal mempunyai maksud yang baik, saya masih tetap seorang karyawati miskin yang tak berarti. Kebajikan saya, seperti kebanjikan semua orang yang miskin, tak pernah dapat dianggap suatu kualitas, atau sebuah aset, tetapi malah dianggap bagai semacam kedunguan, atau cara berpikir tolol, untuk dipandang lebih rendah lagi daripada kebejatan moral dan perbuatan jahat.
126
Seorang pelacur yang sukses lebih baik daripada seorang suci yang sesat. Semua perempuan adalah korban penipuan. Lelaki memaksakan penipuan pada perempuan, dan kemudian menghukum mereka karena telah tertipu, menindas mereka ke tingkat terbawah, dan menghukum mereka karena telah jatuh begitu rendah, mengikat mereka dalam perkawinan dan menghukum mereka dengn kerja kasar sepanjang umur mereka, atau menghantam mereka dengan penghinaan atau dengan pukulan.
Kini saya sadari bahwa yang paling sedikit diperdayakan dari semua perempuan adalah pelacur. Perkawinan adalah lembaga yang dibangun atas penderitaan yang paling kejam untuk kaum wanita.
129
Saya menyadari kenyataan bahwa sebenarnya saya membenci lelaki, tetapi bertahun-tahun lamanya telah menyembunyikan rahasia ini dengan sangat hati-hati. Lelaki yang paling saya benci ialah mereka yang berusaha menasihati atau yang berkata kepada saya bahwa mereka ingin menyelamatkan saya dari kehidupan yang saya jalani. Biasanya saya lebih membencinya dari yang lain karena mereka berpikir bahwa mereka itu lebih baik daripada saya dan dapat menolong saya mengubah kehidupan saya. Mereka merasa diri sendiri dalam semacam peran pahlawan – – sebuah peranan yang gagal mereka mainkan dalam keadaan-keadaan lainnya.
129-130
Saya menolak untuk memberikan mereka kesempatan memainkan peran tersebut. Tak satu pun di antara mereka itu hadir untuk menyelamatkan saya ketika saya kawin dengan seorang lelaki yang memukul dan menendang saya setiap hari.
130
Hidup perempuan selalu sengsara. Seorang pelacur, dalam pada itu, nasibnya lebih baik. Saya telah sanggup meyakinkan diri sendiri bahwa saya telah memilih kehidupan ini atas kemauan sendiri.
Seorang lelaki tidak tahan jika ia ditolak oleh seorang perempuan, karena jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa hal itu merupakan penolakan terhadap dirinya sendiri. Tiada seorang pun yang tahan terhadap penolakan ganda tersebut.
131-132
Lalu saya katakan kepada orang dari kepolisian itu bahwa saya tak tahu apa-apa mengenai patriotisme, bahwa negeri saya bukan saja tidak memberi apa-apa, tetapi juga telah mengambil segalanya yang seyogyanya saya miliki, termasuk kehormatan dan martabat saya. Saya heran ketika melihat bahwa orang dari kepolisian itu seakan-akan kebanggaan moralnya telah amat tersinggung oleh apa yang saya katakan itu. Bagaimana mungkin seseorang sama sekali tidak ada perasaan patriotik.
132
Saya merasa ingin tertawa keras terhadap pendiriannya yang aneh, paradoks yang ia wakili, standar moralnya ganda. Dia ingin membawa seorang pelacur ke tempat tidur tokoh penting itu, seperti dilakukan setiap calo tapi tetap bicara dalam nada sok gengsi tentang patriotisme dan prinsip-prinsip moral.
Tetapi saya menyadari bahwa orang dari kepolisian itu hanyalah penerima perintah, dan setiap perintah yang diberikan kepadanya telah dinilai sebagai tugas nasional yang bersifat suci. Apakah dia membawa saya ke penjara, ataukah ke tempat tidur orang penting itu, bagi dia sama saja. Di dalam kedua hal itu dia sedang memenuhi tugas nasional yang bersifat rahasia. Di mana terkait soal tugas nasional, seorang pelacur dapat diberikan penghormatan tertinggi dan pembunuhan dapat menjadi suatu perbuatan yang heroik.
132-133
Kini saya telah belajar bahwa kehormatan memerlukan jumlah uang yang besar untuk membelanya, tetapi bahwa jumlah uang yang besar tidak dapat diperoleh tanpa kehilangan kehormatan seseorang. Sebuah lingkaran setan yang berputar-putar, menyeret saya naik dan turun bersamanya.
133
Tidak sesaat pun saya ragu-ragu mengenai integritas dan kehormatan diri sendiri sebagai wanita. Saya tahu bahwa profesi saya telah diciptakan oleh lelaki, bahwa lelaki menguasai dua dunia kita, yang di bumi ini dan yang di alam baka. Bahwa lelaki memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga tertentu, dan bahwa tubuh yang paling murah dibayar adalah tubuh sang isteri. Semua perempuan adalah pelacur dalam satu atau lain bentuk. Karena saya seorang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi seorang pelacur yang bebas daripada menjadi seorang istri yang diperbudak.
135
Saya pergi ke polisi, di sana saya hanya menemukan bahwa ia memiliki hubungan yang lebih baik daripada saya sendiri. Kemudian saya mencari pertolongan lewat prosedur hukum. Saya dapati bahwa undang-undang menghukum perempuan macam saya, tetapi sebaliknya undang-undang tidak menghukum apa yang dikerjakan lelaki.
144
Saya bukan seorang pelacur. Tetapi sejak semula, ayah, paman, suami saya, mereka semua, mengajarkan untuk menjadi dewasa sebagai pelacur.
146
Ibuku bukan penjahat. Tak ada perempuan yang dapat menjadi penjahat. Untuk menjadi penjahat hanyalah lelaki.
Saya mengatakan bahwa kamu semua adalah penjahat, kamu semua: para ayah, paman, suami, germo, pengacara, dokter, wartawan, dan semua lelaki dari semua profesi.
Mereka berkata, “Kau adalah perempuan yang liar dan berbahaya.”
“Saya mengatakan yang sebenarnya. Dan kebenaran itu adalah liar dan berbahaya.”
147
Saya tahu apa sebabnya mereka itu begitu takutnya kepada saya. Sayalah satu-satunya perempuan yang telah membuka kedok mereka dan memperlihatkan muka kenyataan buruk mereka. Mereka menghukum saya sampai mati bukan karena saya telah membunuh seorang lelaki – – beribu-ribu orang yang dibunuh tiap hari – – tetapi karena mereka takut untuk membiarkan saya hidup. Mereka tahu bahwa selama saya masih hidup mereka tidak akan aman, bahwa saya akan membunuh mereka. Hidup saya berarti kematian mereka. Kematian saya berarti hidup mereka.
148
Setiap orang harus mati. Saya lebih suka mati karena kejahatan yang saya lakukan daripada mati untuk salah satu kejahatan yang kau lakukan.
149
Sebab kebenaran itu selalu mudah dan sederhana. Dan dalam kesederhanaannya itu terletak kekuasaan yang ganas. Karena jarang sekali orang dapat mencapai kebenaran primitif dan mengagumkan dari suatu kehidupan setelah bertahun-tahun penuh perjuangan. Karena, memang jarang sekali orang tiba pada kebenaran hidup, yang sederhana, tapi menakutkan dan penuh kekuatan, setelah hanya beberapa tahun.
Karena kematian dan kebenaran adalah sama dalam hal bahwa keduanya mensyaratkan keberanian yang besar bila seorang ingin menghadapi mereka.
154
Oleh karena dunia penuh dusta, ia harus membayar harganya dengan kematian.