Setelah berhasil dengan biskuit, kami mencoba makanan padat lainnya. Banyak saran dan masukan yang kami dapat. Setiap bertanya dengan orang yang berbeda, maka akan mendapat masukan yang baru dan berbeda pula.
Setelah menimbang berbagai saran dan masukan itu, kami mencoba dengan bubur susu. Kakak sepupuku bilang, bubur susu diberikan sekali sehari selama seminggu pertama belajar makan. Supaya lambungnya dikasih waktu untuk beradaptasi. Pilih bubur beras merah, karena lebih sedikit kadar gulanya. Bayi yang memulai makan belum boleh makan makanan dengan penyedap rasa, garam dan gula.
Bubur dalam porsi mini itu ditambahkan dua sendok susu bubuk (aku nggak punya asi. Iya, kenapa?! Masalah?!). Disaring tiga kali biar haluuuus banget.
Dannn jreng jrengg…. Begitu suapan pertama masuk ke mulut Bumi, ekspresinya kaget. Sepertinya dia merasa jijik ada sesuatu yang padat di lidahnya. Sambil mewek lidahnya dijulurkan. Mulutnya tidak mau mengatup sebelum si bubur pergi dari lidahnya. Lalu dia menangis ketakutan. Ya ampun.. Ibu gagal 😦
Gagal dengan si bubur beras merah, lalu Ibu mencoba ubi kuning dan kentang. Masih belum berhasil juga….
Ibu belajar lagi. Membaca beberapa buku dan artikel di internet. Meminta masukan dan saran dari beberapa teman.
Masukan dari Ibunya Akhtar yang rasa-rasanya paling pas untuk dicoba. Katanya, “Mulai dengan buah-buahan dan sayuran dulu. Jangan langsung dikasih karbohidrat yang berat-berat. Kan namanya juga masih belajar. Makanannya juga jangan yang teksturnya terlalu padat dulu..” Begitu katanya.
Lalu Ibunya Akhtar yang baik hati itu, menghadiahkan kita sebuah buku pengantar makanan bayi yang lengkapp dan bagus. Yeay! Terima kasihhh… :*
Baiklah.. Mari kita coba pisang. Pisang ambon yang manis itu dikerok pakai sendok dan langsung disuapkan. Ow.. Ow.. Ow… Bumi masih menolak, masih trauma dengan buburnya. Akhirnya aku coba kasih pisang yang masih utuh. Membiarkan Bumi memegang, membaui dan mencicipi seperti saat dia makan biskuit. Responnya positif, alhamdulillaaah…
Berhasil dengan pisang, kemudian mencoba apel. Si apel merah  dikukus dulu sebentar lalu diblender sampai halus. Kemudian disaring dua kali. Dan… Bumi ternyata lumayan suka. Apelnya memang manisss..
Aku pun jadi semangat mencoba menu lainnya. Berturut-turut, Â labu siam, pepaya, wortel, jagung, buah naga. Pernah labu dicampur wortel, tapi Bumi tidak suka. Tapi kalau dikasih satu macam saja, wortel saja dan labu saja, Bumi mau. Mungkin kalau dicampur jadi bingung ya, Nak. Rasa dan aromanya jadi membaur.
Yang Bumi paling suka adalah bubur pepaya. Begitu sendok mendekat di mulutnya, Bumi langsung buka mulut dan hap! Memakan pepaya dengan lahap. Dikulum-kulum manis lalu ditelan. Sebentar saja langsung ludes.
Saat wortel, hampir-hampir gagal lagi. Mungkin karena tekstur wortel yang lebih padat. Akhirnya semangkuk bubur wortel tadi dicampur air lagi hingga teksturnya lebih cair. Walaupun tidak selahap makan pepaya, pelan-pelan sambil main dan ngobrol makannya habis juga :’).
Ada juga yang dikasih pakai botol susu. Sari kacang hijau dan air jeruk pontianak. Bumi lumayan suka sari kacang hijau yang dicampur susu. Tapi kalau air jeruk, dua kali ngasih, dua kali gagal. Bumi tidak suka. Bahkan jadi tidak mau minum apa pun di botol susu bekas air jeruk itu. Mungkin dia masih tercium aroma jeruknya. Heuheu…
Kita belajar buah / sayur tunggal dulu ya, Nak. Sampai Bumi terbiasa makan. Nanti kita coba menu kombinasi. Besok Ayah mulai cuti, kita ajak Ayah ke kios buah, beli alpukat dan mangga harum manis.
Makan yang banyak dan sehat-sehat selalu ya Bumi.. Kesayangan Ayah Ibu.. *peluk erat*
NB:
Waktu di imunisasi hari Minggu kemarin, tinggi Bumi sudah 74cm. Beratnya 9,3kg. Kelebihan berat badan 1,3kg kata dokter Titi. Dokter Titi menyarankan agar Bumi tidak makan karbo yang berat-berat dulu, tapi lebih banyak buah dan sayuran.